Menanggapi Kompleksitas Tren Kajian Qur’an dan Hadits, Magister UIN SUKA Adakan Webinar Internasional
Menanggapi kompleksitas isu dan tren kajian Al-Qur’an dan hadits di berbagai Negara, Magister Ilmu Al-qur’an dan Tafsir mengadakan Webinar Internasional pada Sabtu, 11/23. Webinar ini menghadirkan tiga Narasumber dari kampus yang berbeda, yakni Annas Rolli Muchlisin, M.A dari Hamad University Qatar, Abdul Karim Amrullah, Lc., Dipl., dari Universitas Al-Azhar Kairo dan Ahmad Zakiy dari Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. Acara yang berlangsung selama 3 jam ini dihadiri oleh Dosen, Peneliti, Akademisi dan Mahasiswa dari berbagai daerah.
Webinar yang berlangsung daring (dalam jaringan) ini juga ditampilkan secara live di Youtube Magister IAT Sunan Kalijaga. Para peserta yang hadir, baik di Zoom maupun di YouTube, kurang lebih mencapai 200-an peserta. Ini melampaui dari ekspektasi panitia sebelumnya, "Kita nggak nyangka peserta akan sebanyak ini, padahal sebelumnya kita ragu karena acara pas hari libur, kan", sebut Aulul Azmi.
Diskusi panjang itu menyajikan hal-hal baru yang menarik untuk diketahui dari para narasumber. Annas Rolli sebagai Narasumber pertama menuturkan bahwa tren kajian di Universitas Qatar tempat ia belajar saat ini cenderung didekati dengan kacamata Fiqih sehingga implikasi terhadap orientasi keagamaan lebih mendominasi. Sementara di Universitas HBKU Qatar, kajian Al-Qur’an didekati dengan kajian post-kolonial sehingga begitu kritis terhadap kolonialisasi pengetahuan. Anas juga menyebut beberapa tokoh sentral dalam studi Al-Qur'an di Qatar, “Untuk tokoh sentral di Universitas Qatar adalah Syeikh Yusuf al-Qardawi dan di Universitas HBKU adalah Dr. Joseph Lumbard yang terkenal dengan karyanya berjudul “ Decolonizing Qur’anic Studies .” tambahnya.
Abdul Karim Amrullah, Lc., Dipl., sebagai narasumber kedua, memulai presentasinya dengan pendekatan historiografi dengan memunculkan awal mula sejarah kajian Al-Qur’an di Mesir. Sementara untuk tren dan isu kajian di Mesir mulai muncul pada era kontemporer di tahun 1970. Isu-isu tersebut oleh narasumber yang akrab disebut Gus Aam ini, diklasifikasikan secara umum menjadi empat bagian, yakni Pertama , kajian sebagai respon terhadap tuduhan kalangan Orientalis, misalnya bantahan terhadap tuduhan bahwa al-Qur’an adalah buatan Nabi. Kedua , kajian ad-dakhil fi tafsir . Dalam penjelasannya, Gus Aam mengatakan bahwa kajian ini sangat masyhur, sebab mayoritas Mufassir turats kerap memasukkan ‘ ad-dakhil ’ di dalam penafsirannya, misalnya tafsir Jalalain dan tafsir at-Thabari. Ketiga , kajian terhadap pemikiran kelompok modernis, semisal Nasr Hamid dalam Mafhum an-Nas . Dan Terakhir, menanggapi isu-isu pembacaan dan metode baru dalam memahami Al-Qur'an.
Sebagai pemungkas, Ahmad Zakiy S.Ag., yang juga merupakan Mahasiswa Magister IAT tahun pertama, mengawali dengan memberikan indikator terhadap semaraknya kajian Al-Qur’an dan hadits. Ia menyebutkan bahwa, hadirnya komunitas dan lembaga yang memberikan perhatian terhadap perkembangan kajian Al-Qur’an dan Hadits semacam AIAT, ASILHA, PSQ, LSQ, serta komunitas lainnya, memacu gairah penelitian Al-Qur'an dan Hadits yang cenderung lesu dan itu-itu saja.
Zakiy juga menyebut tren-tren kajian Al-Qur'an dan hadits di Indonesia dalam beberapa dekade terakhir ini. Dalam studi Al-Qur’an, kajian manuskrip, living qur’an, Al-Qur’an dan sosial budaya serta relasi al-qur’an dan sains, menjadi isu yang paling banyak diteliti. Sementara dalam studi hadits bisa dilihat seperti kajian living hadits, hermeneutika, mediatisasi hadits dan historiografi hadits.
Setelah presentasi usai, para peserta diberi kesempatan bertanya dalam durasi kurang lebih 40 menit. Ada banyak pertanyaan dari peserta, namun karena waktu yang tak memadai, hanya beberapa saja yang ditanggapi. Meski begitu Abd. Muhaimin sebagai ketua pelaksana Webinar mengaku senang dan sangat berterima kasih banyak terhadap para Narasumber dan peserta yang bergabung selama acara berlangsung. “Webinar kali ini luar biasa, dihadiri oleh ratusan peserta yang berasal dari beragam afiliasi. Semoga ini menjadi bagian dari cara kita menghidupkan kajian Al-Qur'an dan hadits ke depannya” tuturnya.