Islamisasi dan Budaya Lokal (Catatan H-4 Konferensi A Word Across Languages: How the Text the Qur’an Shaped Civilization in World History?)
Yumi Sugahara, seorang peneliti antropologi budaya yang memiliki karya dalam bidang Budaya Jawa dari berbagai aspek. Ragam penelitian telah berhasil diterbitkan dalam bentuk artikel ataupun buku yang menjadi rujukan primer dalam bidang tersebut. Melalui karyanya, ia memiliki pengaruh signifikan yang mampu membawa pemahaman budaya Jawa ke dalam ruang akademik dengan baik, hingga membantu mengenalkan, melestarikan, mempromosikan dalam kancah internasional. Melalui sebagian karyanya, Ia mencoba menggali lebih dalam bagaimana budaya Jawa dan korelasinya terhadap agama. Salahsatunya berjudul "Sunan Bonang’s Teaching: Ethical Sufism in Sixteenth-Century Java".
Melalui karya tersebut, Yumi menjelaskan ajaran sufisme Sunan Bonang, salahsatu Walisongo yang memiliki pengaruh besar pada islamisasi Jawa abad XVI. Yumi mengeksplorasi bagaimana Sunan Bonang mengajarkan Sufisme yang beretika, ajaran sufi yang menekankan pada aspek moral dan spiritual. Bukan hanya itu pada artikel tersebut dijelaskan ajaran sufisme Sunan Bonang dengan prinsip kesederhanaan, kejujuran, cara pengendalian diri, yang mana ajaran tersebut menjadi bagian dari integrasi aspek spiritual individu.
Bersamaan dengan proses integrasi spiritual, Yumi menjalaskan bahwa Sunan Bonang mengintegrasikan budaya lokal dengan ajaran agama Islam. Integrasi dilakukan dengn pemberdayaa seni sebagai media untuk menyampaikan pesan moral dan spiritual kepada masyarakat. Media seni yang dimaksud adalah tembang,puisi dan lagu Jawa. Upaya integrasi spiritual, dan ajaran agama dengan budaya lokal disebut oleh Yumi Sugahara sebagai upaya yang harmonis dalam islamisasi. Bukan hanya itu, ia menyebut bahwa Sunan Bonang memberikan pengaruh terhadap sosial masyarakat, dibuktikan dengan eksistensi ajaran yang disampaikan Sunan Bonang mampu menjadi pondasi religious masyarakat secara mengakar hingga saat ini.
Upaya integrasi ajaran agama dan budaya lokal menunjukkan adanya pemahaman ajaran agama secara kontekstual untuk kemudian disampaikan kepada masyarakat lokal. Pendekatan kontekstual memiliki urgensi tersendiri agar ajaran agama Islam mampu diterima masyarakat secara mudah. Ajaran sufisme yang disampaikan Sunan Bonang tentunya bersumber dari sumber ajaran agama Islam, Al-Qur’an. Titik tekan aspek moral pada ajaran sufismenya memiliki hubungan nilai-nilai moral dalam Al-Qur’an. Sedangkan, mediatisasi seni yang diperdayakan Sunan Bonang sebagai penyampai pesan moral dan spiritual memiliki kemiripan dengan pendekatan tafsir tematik. Letak kemiripan ada pada proses penyampaian pesan dan memahami ajaran atau ayat Al-Qur’an berdasarkan tema tertentu.
Berdasarkan penjelasan Yumi Sugahara pada karyanya, ia tidak menyebut kajian tafsir secara Implisit. Namun, penjelasan yang disampaikannya bahwa pendekatan Sunan Bonang dalam menyampaikan nilai-nilai Qur’ani dengan metode kontekstual sehingga mampu diterima masyarakat lokal dengan mudah, menunjukkan adanya pemahaman Sunan Bonang terhadap tujuan dan metode tafsir Al-Qur’an secara mendalam.
Keeratan korelasi ajaran agama dan budaya lokal Jawa abad XVI yang disuguhkan Yumi Sugahara mengantarkan pemahaman bahwa Al-Qur’an memiliki korelasi erat dengan kebudayaan masyarakat lokal. Dengan kehadiran para speaker dalam kajian Qur’an di benua Eropa, dan antropologi pada konferensi yang bertemakan A Word Across Languages: How the Text the Qur’an Shaped Civilization in World History? Sebagai wujud kerjasama Pascasarjana, Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir (IAT) S1 dan Magister IAT Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga – The European Qur’an, yang akan diadakan pada awal pekan bulan Juli 2024.
Harapan mengenai konferensi tersebut setidaknya akan melihat bagaimana hubungan Al-Qur’an dengan masyarakat lokal. Keeratan Al-Qur’an dengan masyarakat lokal telah memainkan peran penting dalam pembentukan keragaman dan identitas masyarakat yang terusberlanjut hingga saat ini. Bukan hanya itu, diharapkan konferensi tersebut mampu memetakan kajian al-Qur’an dan budaya lokal dengan baik dan tersistematis. Melalui konferensi tersebut, tentu terdapat proses take and give pengetahuan yang mampu memunculkan inovasi-inovasi baru dalam kajian al-Qur’an, dan sosial budaya. Demikian didukung keberadaan para narasumber, speaker yang berasal dari latar belakang budaya akademik mampu saling berbagi akan hasil temuan yang sudah dilakukannya.
Proses take and give pengetahuan mampu mengembangkan pemahaman global tentang al-Qur’an, secara global dengan ragam perspektif yang dihadirkan oleh para peneliti, sehingga para peserta mampu memperluas wawawan al-Qur’an ada pada berbagai konteks sosial dan budaya.Ragam latar belakang akademisi yang hadir pada konferensi tersebut, memungkinkan adanya kolaborasi untuk menyelesaikan proyek penelitian dengan perspektif yang lebih komperhensif, sehingga memiliki dampak yang luas.
Yumi Sugahara dengan latar belakang sebagai peneliti dalam kajian budaya lokal (baik dalam negeri ataupun luar) akan bertemu dengan para peneliti lain berlatar belakang kajian al-Qur’an. Pertemuan tersebut tentu akan memunculkan integrasi nilai-nilai budaya lokal dalam studi al-Qur’an. Dengan pemaparan nilai budaya lokal yang terintegrasi dalam studi al-Qur’an mampu mendorong peserta untuk mengeksplorasi bagaimana tradisi lokal, seni, dan praktik budaya dipengaruhi olehdan mempengaruhi pemahaman Al-Qur'an. Ini tidak hanya memperkaya studi Al-Qur'an, tetapi juga membantu melestarikan warisan budaya yang berharga.
Warisan budaya, pertunjukan seni Jawa yang diperdayakan Sunan Bonang dalam proses Islamisasi nampaknya mengalami pergeseran cara pandangan sebagian masyarakat jawa. Sebagian masyarakat Jawa modern memiliki anggapan bahwa pertunjukan seni Jawa bukan Islami, cenderung memiliki jalur yang berbeda dengan Islam. Anggapan tersebut mengakibatkan adanya cara pandang negatif terhadap mereka yang masih berpegang erat terhadap kesenian Jawa. Mengenai hal tersebut mampu dikaji lebih mendalam pada karya lain. Yumi Sugahara dengan gagasan yang disuguhkannya menjelaskan bagaimana Sunan Bonang memperdayakan Kesenian jawa pada islamisasi. Proses tersebut menunjukkan adanya keeratan islamisasi dan budaya lokal pada masa tersebut (Abad XVI).
Melalui ruang akademik, yang mendiskusikan korelasi erat Al-Qur’an dan budaya lokal, khususnya Jawa diharapkan mampu memberikan pemaham yang baik sebagaimana harapan-harapan yang telah disebutkan pada paragraf-paragraf berikutnya. Untuk itu Besar harapan kalangan akademisi ikut serta meramaikan konferensi dengan tajuk Word Across Languages: How the Text of the Qur’an Shaped Civilization in World History? di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Sehingga mereka mampu memperluas pemahaman akan korelasi erat Islamisasi dan budaya lokal pada abad XVI.
Jangan lewatkan acara ini, pastikan untuk mendaftar segera (klik disini)